Manfaat Mengenal dan Merasakan Naik Transportasi Umum untuk Anak
Dari rumah kami naik kendaraan pribadi, mobil, hingga Stasiun Kereta Lenteng Agung, Jakarta. Kami tiba di stasiun sekitar pukul 10 pagi. Di sini kami parkirkan mobil di area parkir mobil dan motor milik stasiun. Saat masih di area parkir, sangat terlihat Gibran menunjukkan rasa senangnya, semangat sekaligus antusias setiap melihat kereta yang lewat. Saya dan suami pun menjadi tidak sabar. Pembayaran kereta commuter line sudah menggunakan e-money. Sebelum menempelkan kartu e-money pada pintu tiket, kami mengukur tinggi badan Gibran terlebih dahulu. Berdasarkan peraturan, tinggi badan di atas 90cm wajib membeli tiket. Tinggi badan Gibran masih kurang dari 90cm jadi hanya saya dan suami saja yang membayar tiket. Tujuan kami adalah Stasiun Juanda, jadi kami hanya perlu membayar Rp.3.000 per orang.
Kereta tujuan Stasiun Juanda telah tiba. Bersyukur, ketika kami masuk ke dalam kereta sudah terdapat petugas keamanan yang sigap membantu saya yang sedang menggendong Gibran untuk diarahkan ke kursi prioritas. Kursi prioritas ditujukan untuk wanita hamil, lansia, disabilitas dan ibu dengan anak. Sayangnya, kereta yang kami naiki mengalami gangguan teknis pada alat pendingin udara. Jadi, udara dan kondisi di dalam kereta menjadi tidak nyaman.
Selama perjalanan, Gibran melihat-lihat pemandangan di luar kereta melalui jendela, penumpang yang naik-turun kereta dan berdesakan, ia juga ikut merasakan memegang pegangan penumpang yang berdiri dengan digendong Abinya. Hal yang sangat baru untuknya jadi dia sangat senang ketika digendong Abi, merasakan menjadi penumpang yang berdiri (tapi kasihan Abi, lama-kelamaan tangannya pegal ahaha).
Selama di stasiun hingga di dalam kereta memberikan manfaat untuk Gibran, diantaranya:
- Belajar untuk tertib
- Kesabaran
Saat perjalanan menuju Stasiun Juanda, alhamdulillah Gibran tidak rewel meskipun kondisi udara di dalam kereta cukup tidak nyaman. Tapi ia tetap menikmati pengalaman pertamanya. Kondisi terbalik kami alami saat perjalanan pulang. Pada empat stasiun sebelum Stasiun Lenteng Agung, Gibran mulai rewel, bukan karena kondisi udara di dalam kereta, karena alat pendingin udara di kereta perjalanan pulang berfungsi dengan baik, tapi karena ia mengantuk dan ingin disusui. Baju menyusui dan kerudung panjang kondisi di tempat umum seperti ini memang solusi terbaik, tidak perlu repot menyusui tapi tetap tertutup. Setelah disusui, ia pun tertidur lelap. Kesabaran orang tua dan Gibran pun diperlukan saat kondisi seperti ini, Gibran harus bersabar untuk disusui di saat yang tepat dan tidak berteriak menangis.
Setibanya di Stasiun Juanda, tujuan kami berikutnya adalah Lapangan Banteng. Karena Gibran belum bisa memahami sejarah dari Lapangan Banteng jadi tujuan kami ke sini supaya Gibran bisa berlari di alam bebas (hmmm lebih tepatnya, taman di tengah pusat kota). Kondisi Lapangan Banteng saat ini menjadi bersih, indah, sejuk dan rapih. Oh iya, dari Stasiun Juanda menuju Lapangan Banteng, kami menggunakan transportasi darat yang berbeda dari sebelumnya, yaitu bajaj. Kami cukup membayar Rp.15.000 .
Tips dari saya : jika ingin mengajak batita atau balita naik kendaraan umum yang dapat membuat anak kegerahan bisa memilih rute yang dekat. Supaya anak tidak rewel tapi tetap dapat menikmati perjalanan dan pengalamannya.
Setelah kami puas bermain di Lapangan Banteng, kami melanjutkan perjalanan kami. Tujuan berikutnya adalah makan siang. Kami memilih makan siang di KFC Sarinah, karena harga terjagkau, ramah anak dan rute tranportasinya tidak terlalu rumit. Dari Lapangan Banteng kami berjalan kaki menuju Halte Bus Bertingkat Transjakarta, letaknya persis di depan Masjid Istiqlal dan di sebrang Halte Bus Transjakarta Juanda.
Bus Bertingkat Transjakarta atau lebih dikenal dengan Bus Wisata Jakarta bukan hanya menjadi pengalaman pertama untuk Gibran tetapi juga untuk saya dan suami. Kami tidak sempat mengambil foto bus bertingkat tampak luar karena keadaan di halte yang ramai, saya fokus menjaga Gibran dan suami fokus menjaga kami dan tas kami, intinya saat itu hanya fokus terhadap keamanan kami. Jadi, saya ambil foto bus bertingkatnya dari kompas.com saja. Oh iya, menariknya dari Bus Bertingkat Transjakarta ini adalah GRATIS! Tapi harus cermat ya untuk membaca jadwalnya atau bertanya dulu kepada petugas bus mana yang sesuai dengan tujuan kita. Tujuan kami adalah ke Sarinah, jadi kami menaiki Bus Bertingkat dengan nomor BW 4 atau Jakarta Skycrappers. Rutenya sendiri dari Juanda sampai Bundaran Senayan. Begitu masuk ke dalam bus, kami diberikan tiket penumpang, 1 orang 1 tiket (anak juga dapat tiket). Busnya sangat nyaman, bersih, tidak panas dan tidak padat, sesuai dengan dengan jumlah kursinya. Kami turun tepat di depan Halte Sarinah.
Untuk jadwal dan rute lengkapnya, saya kutip dari kompas.com ya, berikut linknya :
Rute dan Jadwal Bus Bertingkat Transjakarta atau Bus Wisata Jakarta
Bus Bertingkat Transjakarta atau lebih dikenal dengan Bus Wisata Jakarta bukan hanya menjadi pengalaman pertama untuk Gibran tetapi juga untuk saya dan suami. Kami tidak sempat mengambil foto bus bertingkat tampak luar karena keadaan di halte yang ramai, saya fokus menjaga Gibran dan suami fokus menjaga kami dan tas kami, intinya saat itu hanya fokus terhadap keamanan kami. Jadi, saya ambil foto bus bertingkatnya dari kompas.com saja. Oh iya, menariknya dari Bus Bertingkat Transjakarta ini adalah GRATIS! Tapi harus cermat ya untuk membaca jadwalnya atau bertanya dulu kepada petugas bus mana yang sesuai dengan tujuan kita. Tujuan kami adalah ke Sarinah, jadi kami menaiki Bus Bertingkat dengan nomor BW 4 atau Jakarta Skycrappers. Rutenya sendiri dari Juanda sampai Bundaran Senayan. Begitu masuk ke dalam bus, kami diberikan tiket penumpang, 1 orang 1 tiket (anak juga dapat tiket). Busnya sangat nyaman, bersih, tidak panas dan tidak padat, sesuai dengan dengan jumlah kursinya. Kami turun tepat di depan Halte Sarinah.
Untuk jadwal dan rute lengkapnya, saya kutip dari kompas.com ya, berikut linknya :
Rute dan Jadwal Bus Bertingkat Transjakarta atau Bus Wisata Jakarta

(sumber : kompas.com)
Tips dari saya : Kalau saya saat membawa batita lebih baik pilih duduk di tingkat bawah, lebih cepat saat masuk dan keluar pintu (tidak ribet dengan naik turun tangga yang lumayan sempit) selain itu yang di atas biasanya ditempati oleh remaja atau dewasa.
Maanfaat lainnya yang saya bisa lihat dari perjalanan kami kali ini untuk Gibran adalah : mencegah anak takut dengan berbagai ragam penampilan dan karakter orang, singkatnya mencegah social anxiety atau gangguan kecemasan sosial.
Akhir pekan kami pun dilalui dengan lancar, rute yang tidak terlalu jauh, tidak rumit dan tetap nyaman dikarenakan membawa anak kecil. Jadi kenyamanan dan keamanan harus dipikirkan juga.
Love,
Fitri "Mama Gibran"
Judulnya piknik sambil belajar ya mbak. Ah, ide bagus buat ditiru nih. Hehehe
ReplyDeleteIya Ma, coba deh ajak anak piknik dgn trasnportasi umum..sederhana,murah meriah tp banyak ilmu yg didapat plus bisa ningkatin bonding dan kerjasama antara orang tuanya
Delete