Gunung Putri - Kabupaten Bogor (Tidak) Seindah Namanya
Photo by Kira auf der Heide on Unsplash
"Ma ma, cing ucing minum" teriak anak saya
"Iya Nak, kucingnya haus jadi dia minum air kubangan hujan"
Dalam ajaran Islam bahwa hujan adalah waktu yang tepat untuk berdoa. Sedangkan dalam kepercayaan konguchu saat menjelang Imlek, hujan sebelum hari raya Imlek konon dapat membawa rezeki.
Photo by Mike Kotsch on Unsplash
Tidak berapa lama kenikmatan itu bisa dirasakan, aroma tanah yang begitu menyejukkan seketika lenyap seolah-olah sedang diracuni. Ya diracuni oleh polusi udara yang terbawa dari pembuangan limbah pabrik. Maafkan saya Ya Allah tapi saya ingin marah, marah kepada yang seharusnya bertanggung jawab atas pembuangan limbah industri!
Sedih, karena anak yang sedang asyiknya bermain dengan alam tiba-tiba saja harus disudahi karena ia harus segera masuk ke dalam rumah bila tidak ingin teracuni.
Kecamatan Gunung Putri terletak di Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Terdengar indah bukan? Gunung! Pasti yang terbayangkan adalah sejuk, indah, penghijauan, kabut, pertanian, kebun teh dan peternakan. Bagi saya yang baru pindah ke wilayah ini sejak 2 tahun yang lalu, berharap seperti itu juga. Sayangnya, nama hanyalah nama. Gunungnya ada yang sudah habis dan ada yang dipakai untuk industri, kekayaan alam yang terkandung dalam gunungya berpotensi untuk menjadi lahan bisnis.
(sumber : rumahdijual.com)
Apakah saya harus berbangga atau justru sebaliknya tinggal di wilayah yang berdekatan dengan kawasan industri yang menjadi lokasi produksi beberapa semen ternama di Indonesia, pabrik boneka asli buatan Indonesia yang sudah diekspor ke mancanegara, beberapa pabrik garmen, pabrik farmasi hingga material bangunan? Sebenarnya bisa saja merasa bangga karena wilayah tempat tinggal saya dapat dipromosikan dengan mudah tapi hal itu berlaku jika wilayah ini benar-benar khusus untuk industri tanpa ada area pemukiman.
(sumber : www.indoplaces.com)
Oh iya, memang masih terdapat sawah, hutan dan sungai yang terbentang luas dengan arus yang cukup deras dan bebatuan yang sangat besar tapi jumlahnya tidak sepadan dengan kawasan yang menghasilkan polusi dan lembah. Pemandangan sungai beserta bukit dan sawahnya terdapat di jalur kereta menuju stasiun Nambo yang berdekatan dengan kawasan pabrik semen.
Berjarak beberapa kilometer, masih di dalam kecamatan yang sama tetapi beda desa, terdapat klub berkuda dan lapangan Golf. Setidaknya, ada hiburan untuk mata dan nafas penduduk wilayah sekitarnya. Entah siapa yang harus bertanggung jawab atas pencemaran lingkungan ini?
(Sumber : www.gogolf.co.id)
20 tahun sudah nenek saya tinggal di wilayah ini, ya kami menjadi tetangga sejak 2 tahun silam, sejak kecil saat saya masih sering berkunjung ke rumah nenek hingga saya sudah berkeluarga dan mentap di lingkungan yang sama dengan nenek, saya rasa tidak ada perubahan yang cukup signifikan.
"Ya memang selalu begini, setiap hujan reda engga lama disusul bau limbah atau bau limbahnya tercium bersamaan waktu hujan" ungkap nenek saya yang juga dianggukkan oleh kedua tante saya yang memang tinggal bersama nenek.
Pernah suatu saat kami sedang bermain di halaman rumah, tante saya lari dari rumahnya menghampiri saya dan berteriak supaya cepat masuk ke dalam rumah dan pintu serta jendela harus ditutup. Seketika saya panik dan mengikuti himbauan dari tante saya. Kemudian saya bertanya kepada tante saya, apa yang terjadi? kenapa sebegitu hebohnya?
"Hujan abu! polusi udara bahaya terutama untuk anak-anak, kaishan."
"Abu darimana?"
"Lihat tuh abu putih kecil pada terbang, engga tau pabrik apa yang buang limbah dan abu, tapi ini ada aja kejadian begini."
Hmmm, seketika saya menyesal sudah memutuskan pindah ke sini. Jika dilihat dari kacamata perekonomian, mungkin wilayah ini menghasilkan keuntungan yang cukup besar. Tapi, keuntungan yang diambil dari investasi perusahaan pada wilayah ini tidak terlalu terlihat terhadap tata ruang kota dan lingkungannya. Apakah perusahaan-perusahaan besar tersebut sudah melakukan kewajiban dan tanggung jawabnya terhadap lingkungan yang telah diatur dalam undang-undang? atau kemanakah larinya pundi-pundi hasil investasi perusahaan terhadap wilayah ini? hmmm...
Jadi,siapakah yang harus bertanggung jawab?
Love,
-FNA-
hhahhaa
ReplyDeleteKalau nyari rumah buat anak2 memang soal keamanan dan kenyamanan nadi utama ya mba. Terima kasih sudah memberi insight. Tulisan yg informatif dan mengalir...
ReplyDelete